Minggu, 05 Januari 2014

Makalah Antropologi Filsafat Ilmu


BAB I
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Para  ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat  manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia
Antropologi adalah disiplin ilmu yang meneliti dan menganalisa berbagai cara hidup manusia dan berbagai sistem tindakan manusia, dengan aspek belajar tang merupakan aspek pokoknya. Hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Misalnya segala kemampuan manusia yang tidak merupakan bawaan dari alam (disebut juga naluri, karena sudah terprogram di dalam gennya, seperti halnya pada hewan), tetapi harus dikuasainya dengan belajar. Contoh: manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang dianggap wajar dan pantas; ia makan menggunakan alat-alat, cara-cara, serta sopan-santun atau protokol yang terkadang sangat rumit, yang harus dipelajarinya dengan susah payah. Ini berkaitan dengan filsafat, ketika belajar maka tidak lepas dari memikirkan sesuatu lebih mendalam demi mencapai kebenaran.
Antropologi menggunakan bahan berupa fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda, harus menggunakan berbagai metode komparatif untuk mendapatkan suatu ciri umum yang biasanya ditentukan dengan cara mencari perumusan-perumusan yang menyatukan berbagai hubungan yang mantap antara fakta-fakta.

2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dibahas dlam makalah ini yaitu :
1.      Apa yang dimaksud dengan antropologi?
2.      Bagaimana sejarah dan perkembagan antropologi?
3.      Apa saja tujuan dan kegunaan antropologi?
4.      Apa saja istilah lain antropologi?
5.      Bagaimana disiplin antropologi?
6.      Bagaimana hubunganantropologi dengan filsafat?

3.      Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui penngertian antropologi
2.      Mengetahui sejarah dan perkembangan antropologi
3.      Memahami tujuan dan kegunaan antropologi
4.      Memahami displin natroplogi
5.      Mengetahui hubungan antropologi dengan filsafat

4         Manfaat
Adapun manfaat yang diambil dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi penulis
Manfaat yang penulis dapat dari penyusunan makalah ini adalah penulis menjadi lebih giat belajar dan rajin mencari materi-materi yang berkaitan dengan pembuatan makalah dari berbagai sumber dan dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini penulis merasa senang karena bisa menuntaskan tugas akhir sebelum UAS.

2.      Bagi pembaca
Manfaat bagi pembaca yang telah membaca dan mempelajari bahkan memahami makalah ini yaitu bisa menjadi lebih paham tentang filafat antropologo. Selain itu pembaca juga akan bisa mendapatkan informasi-informasi yang pembaca butuhkan yang berkaitan dengan gerak melingkar serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

6.      Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan dua metode penulisan, yaitu :
1)                 Metode internet, yaitu dengan mengumpulkan data-data berdasarkan informasi dari media internet
2)                 Metode pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data-data pembendarahaan pengetahuan mencari beberapa masalah yang berhubungan dengan filsafat antropologi sehingga terkumpulah informasi yang dapat membantu menyelesaikan makalah ini.

7.      Batasan Masalah
Dalam menyelesaiakan masalah yang penulis kemukakan di sini, dipandang perlu untuk menentukan masalah yang akan dikemukakan. Sehingga makalah tidak keluar dari jangkauan pemikiran penulis.
Yang menjadi pokok masalah yang dikemukakan penulis sebagai sub bab makalah ini adalah :
·         Pengertian antropologi
·         Sejarah dan perkembangan antropologi
·         Tujuan dan kegunaan antropologi
·         Istilah-istilah lain antropologi
·         Disiplin antropologi
·         Hubungan antropologi dengan filsafat

8.      Sistematika Penulisan 
Laporan ini terdiri dari tiga bab dan untuk lebih jelasnya maka sususan makalah adalah sebagai :
1.      Bab I Pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, batasan masalah, dan sistematika permasalahan.
2.      Bab II Pembahasan merupakan penjelasan dan ulasan singkat tentang teori dasar yang mendasari penulisan makalah.
3.      Bab III Kesimpulan dari pembahasan makalah.




BAB II
PEMBAHASAN


1.      Pengertian Antropologi
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.
 Definisi Antropologi menurut para ahli
William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
David Hunter:Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
      Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dengan, demikian antropologi merupakan hal yang mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia.Dapat dilihat dari perkembangan pada masa saat ini, yang merupakan salah dari fenomena- fenomena yang terjadi ditengah- tengah masyarakat sekarang ini.

1.1.            Antropologi Fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis (spesies). Contoh : Para antropologi umumnya memiliki anggapan bahwa nenek moyang manusia adalah sejenis kera dan monyet, karena memiliki kemiripan-kemiripan tertentu.
a.      Paleoantropologi
Merupakan ilmu tentang asal-usul atau soal terjadinya evolusi makhluk hidup manusia dengan mempergunakan bahan penelitian melalui sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosil-fosil manusia dari zaman ke zaman yang tersimpan dalam lapisan bumi dan didapat dengan berbagai penggalian.
b.       Antropologi Biologis
Merupakan bagian ilmu antropolgi yang mempelajari suatu pengertian tenteng sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia jika dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, baik lahir (fenotipik), seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi badan dan bentuk tubuh maupun sifat bagian dalam (genotipik), seperti golongan darah dan sebagainya. Manusia dimuka bumi ini terdapat beberapa golongan berdasarkan persamaan mengenai beberapa ciri tubuh. Pengelompokkan seperti itu dalam ilmu antropologi disebut ras

1.2.Antropologi Budaya
Antropologi Budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Haviland (1999:12) caban antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni antropologi prehistori, etnolinguistik, dan etnologi. Untuk memahami pekerjaan para ahli antropologi budaya, kita harus tahu tentang hakikat kebudayaan, menyangkut konsep kebudayaan, dan karakteristiknya; bahasa dan komunikasi, menyangkut hakikat bahasa dan bahasa dalam kerangka kebudayaan; serta kebudayaan dan kepribadian.
Antropologi budaya juga merupakan studi tentang praktik-praktik sosial,bentuk-bentuk ekspresif, dan penggunaan bahasa, dimana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan oleh masyarakat manusia.
a.      Antropologi prehistori
Merupakan ilmu tentang perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia sejak sebelum manusia mengenal tulisan atau huruf. Dalam ilmu sejarah, seluruh waktu dari perkembangan kebudayaan umat manusia mulai saat terjadinya mmakhluk manusia, yaitu kira-kira 800.000 tahunyang lalu hingga sekarang, dibagi menjadi dua bagian yakni masa sebelum mengenal tulisan atau huruf, dan masa setelah manusia mengenal tulisan atau huruf. Subilmu prehistori ini sering disebut ilmu arkeologi. Di sini ilmu arkeologi sebenarnya adalah sejarah kebudayaan dari zaman prehistori
b.      Etnolinguistik atau Antropologi Linguistik
Suatu ilmu yang berkaitan dengan ilmu antropologi dengan berbagai metode analisis kebudayaan yang berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini. Dari bahan ini telah berkembang ke berbagai macam metode analisis kebudayaan, serta berbagai metode untuk menganalisis dan mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan. Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah, juga ilmu linguistic umum. Walaupun demikian, ilmu etnolinguistik di berbagai pusat ilmiah di dunia masih tetap berkaitan erat dengan ilmu antropologi, bahkan merupakan bagian dari ilmu antropologi.
c.       Etnologi
Merupakan bagian ilmu antropologi tentang asas-asas manusia, mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari bangsa-bangsa tertentu yang tersebar di muka bumi pada masa sekarang.

B.  Sejarah dan Perkembangan Antropologi
Disiplin antropologi merupakan peradaban barat. Dari lembaga-lembaga antropologi etnografi, lahirlah Antropologi untuk pertama kali. Misalnya, lembaga Society Etnogiqui  (Paris) 1839 oleh M.Edwards,The Etnological Society (London) oleh T.Hodgokin (anti perbudakan). Tujuan lembaga tersebut sebagai pusat pengumpulan dan studi bahan etnografi yang berasal dari banyak kebudayaan di dunia.Dua puluh lima tahun kemudian (1874) di London diterbitkan buku Notes and Queries in Anthropologi yang dipergunakan untuk menyusun pedoman dalam pengumpulan etnografi secara teliti.
Etnografi (ilmu tentang bangsa-bangsa) resmi diakui dunia tahun 1884 dengan diadakannya mata kuliah  etnologi di universitas Oxford,inggris dengan E.B Tylor (ahli arkeologi  peradaban yunani dan romawi kuno) sebagai dosen pertama. Di amerika serikat,etnologi resmi diakuidengan dibukanya Department of archeology and ethnologi di universitas Harvard tahun 1888.Dalam perkembamgannya ,lembaga etnologi di amerika terdesak dengan istilah antropologi sebagai ilmu tentang manusia dalam segala aspeknya,baik fisik maupun budayanya dari manusia dahulu sampai sekarang.
Lewis H Morgan  (1818-1881) adalah perintis dan pelopor yang paling berpengaruh dalam ilmu antropologi dengan karya terbesarnya yang berjudul Ancient Society (1877) yang melukiskan proses masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat evolusi kebudayaan yang universal (zaman liar tua, zaman liar madya ,zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar madya, zaman barbar muda, zaman peradaban baru, zaman peradaban masa kini). Namun teori Morgan dikecam keras oleh antropolog inggris maupun amerika, sehingga tidak diakui dunia sedangkan di Uni Soviet teori Morgan popular karena bersesuaian dengan ajaran Karl Marx dan F.Engels mengenai evolusi masyarakat manusia.
Yang diakui sebagai bapak antropologi adalah Franz Boas yaitu antropolog kelahiran Jerman ahli geografi yang menulis buku The Centural Eskimo (1888). Boas pun telah meletakkan konsepsi dasar yang sampai sekarang dianut oleh hampir seluruh universitas di Amerika Serikat yaitu kesatuan dari semua ilmu tentang manusia dan kebudayaan, yaitu ilmu paleoantropologi, antropologi fisik, arkeologi prasejarah. etnolinguistik, dan antropologi budaya yang menjadi sub ilmu antropologi. Boas mengatakan bahwa ada perbedaan antara pencatat dan pengumpul bahan di daerah dan ahli pikir yang menganalisis bahan, jadi ahli etnografi yaitu juru catat saja sedangkan sarjana etnologi mahir dalam teori-teori mengenai seluk beluk masyarakt dan kebudayaan manusia.
Dalam buku antropologi sosial karya E.E.Evans Pritchard dijelaskan bahwa etnologi dan antropologi sosial memiliki tujuan yang berbeda walauupun kajiannya sama. Tugas etnologi ialah mengelompokkan manusia berdasarkan cirri-ciri ras dan kebudayaan mereka dan kemudian menguraikan tentang penyebaran pada masa ini atau masa lalu melalui pergerakan dan percampuran manusia serta difusi kebudayaan. Sedangkan antropolgi sosial mempunyai tugas mengkaji tingkah laku sosial umumnya dalam bentuk yang telah dilembagakan seperti persaudaraan, sistem kekeluargaan, organisasi politik, tatacara hubungan antara semua lembaga tersebut. Manusia primitif (masyarakat yang kurang maju dari kita dalam beberapa aspek, tetapi mereka sering kali lebih maju di bidang lainnya). Manusia primitif (savage) inilah pada abad 18 sangat menarik perhatian para filsafah himgga pada abad ke 19 ahli antropolog juga meminatinya karena manusia primitif memaparkan institusi-intuisi di dalam bentuk yang paling sederhana, kebudayaan yang beragam dan masyarakat primitif lebih cepat berubah bahkan terhapus. Sistem-sistem sosial yang semakin pupus ini adalah variasi struktur yang unik.Dalam antropologi terdapat 4 fase yang terjadi dalam perkembangan antropologi sebagai ilmu, yaitu:
2.1. Fase pertama
Fase ini terjadi sebelum tahun 1800, sekitar akhir abad 15 hingga awal abad 16 orang eropa mulai mengelilingi wilayah di kawasan Asia, Afrika dan Amerika, sejak saat dalam perkembangannya permukaan bumi ini mulai terkena pengaruh negara-negara Eropa Barat. Dalam perkembanganya mulai terkumpul catatan, buah cerita laporan dan buku-buku kisah cerita dari para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama dan pegawai pemerintah jajahan mengenai wilayah yang mereka datangi. Dalam buku-buku itu termuat mengenai deskripsi bangsa-bangsa yang terdapat di Afrika, Asia, Oseania dan suku-suku bangsa lainnya. Bahan-bahan deskripsi tersebut sangat menarik perhatian bangsa Eropa karena perbedaan dari wilayah yang dikunjungi dengan adat istiadat, bahasa, susunan masyarakat dan cirri-ciri fisik bangsa-bangsa Eropa Barat.
Bahan-bahan pengetahuan tadi disebut etnografi, atau seskripsi tentang bangsa-bangsa. Deskripsai yang diperoleh tadi biasanya tidak begitu teliti sehingga seringkali bersifat kabur, dan kebanyakan hanya memperhatikan hal yang menurut orang Eropa nampak aneh saja, walau ada pula karangan-karangan yang baik dan bersifat lebih teliti.
Dari keanehannya, maka bahan etnografi tadi amat menarik perhatian kaum terpelajar di Eropa Barat sejak abad ke 18. Kemudian dalam pandangan orang Eropa munculah pertentyangan terhadap bangsa Amerika, Afrika Asia dan juga Oseania tadi, yaitu: sebagian orang eropa menganggap bahwa mereka keturunan iblis dan bukan bangsa yang merupakan keturunan manusia, ada juga yang menganggap mereka merupakan bangsa yang masih murni yang belum tersentuh oleh kejahatan, dan yang terakhir sebagian orang Eropa tertarik akan adat-istiadat dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan asal Amerika, Afrika, Oseania dan Asia sehingga muncul museum-museum kebudayaan luar Eropa.
            Pada awal abad ke-19 pehartian terhadap himpunan pengetahuan tentang masyarakat, adat istiadat dan cirri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar Eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar, demikian besarnya sehingga timbul usaha-usaha pertama dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi tadi menjadi satu.
2.2.Fase Kedua
Masa ini berlangsung pada pertengahan abad ke-19, pada masa ini mulai muncul tulisan-tulisan ataupun berupa karangan yang menyusun bahan etnhografi tersebut berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Secara singkat kerangka berfikir tersebut bisa di golongkan seperti berikut: Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat dalam jangka beribu-ribu tahun dengan berbagai tingkatan evolusi, dengan sebagai patokan tingkatan tertinggi adalah masyarakat yang hidup seperti masyarakat dii Eropa Barat. Bentuk masyarakat yang tinggal di luar Eropa disebut oleh mereka (orang Eropa) sebagai bangsa primitif, dianggap sebagai sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih hidup hingga sekarang. Berdasarkan kerangka berfikir tersebut maka pada tahun sekitar 1860 timbul beberapa karangan yang membandingkan tingkat kebudayaan dari masing-masing bangsa berdasar tingkat-tingkat evolusi, sehingga timbula ilmu antropologi.
Kemudian timbul pula beberapa karangan yang hendak meneliti sejarah penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi. Disini pula orang Eropa masih menganggap kebudayaan diluar Eropa merupakan sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih kuno, sehingga dengan meneliti kebudayaan tersebut maka mereka dapat mengetahui sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa fase perkembangannya yang kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu akademikal; dengan tujuan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat ssuatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
2.3.Fase Ketiga
Fase ini berlangsung pada permulaan abad ke-20. Pada permulaan abad ke-20, sebagian besar negara-negara penjajah di Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan daerah jajahan dimana pada waktu itu mulai berhadapan ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah luar eropa justru menjadi sangat penting. Sejak itu timbul pendirian bahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting.
Suatu ilmu antropologi dengan sifat-sifat seperti yang terurai di atas terutama berembang di negara Inggris sebagai negara penjajah yang utama, tetapi juga di hampir semua negara kolonial lainnya. Selain itu ilmu antropologi di Amerika Serikat yang bukan negara kolonial tetapi mengalami berbagai masalah yang berhubungan dengan suku-suku bangsa Indian yang merupakan suku asli atau penduduk pribumi Benua Amerika kemudian terpengaruh oleh ilmu antropologi yang baru tadi. Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut : Mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
2.4.Fase Keempat
Fase ini kira-kira sesudah 1930. Pada fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas. Hal ini termasuk bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kecuali itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia, yaitu timbulnya anti pati terhadap kolonialisme terhadap perang dunia II, serta cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa dan Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tak ada lagi di muka bumi.
Proses tersebut menyebabkan seolah-olah lapangan dalam ilmu antropologi telah hilang, sehingga memunculkan sebuah dorongan untuk memunculkan ide untuk mengembangkan lapangan penelitian dengan ide dan tujuan baru. Adapun bahan-bahan etnografi yang terdapat dalam fase pertama, kedua maupun yang ketiga tidak dibuang begitu saja melainkan dijadikan sebagai landasan bagi perkembangannya yang baru. Pengembangan itu terjadi di Amerika Serikat tetapi menjadi umum di negara-negara lain setelah tahun 1951, setelah 60 orang ahli antropologi dari berbagai negara Amerika dan Eropa, menjalin seuatu simposium internasional untuk meninjau dan merumuskan pokok tujuan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru.
Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat dibagi dua yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademuikalnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk-makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena di dalam praktek ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku bangsa, maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku-bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.

C.  Tujuan Dan Kegunaan Antropologi
Sebagai ilmu tentang umat manusia, antropologi melalui pendekatan dan metode ilmiah berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang bermakna tentang manusia dan perilakunya. Kedua bidang besar dari antropologi adalah antropologi fisik dan budaya. Antropologi fisik memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai organisme biologis yang tekanannya pada upaya melacak evolusi perkembangan manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis dalam spesies manusia. Sedangkan antropologi budaya berusaha mempelajari manusia berdasarkan kebudayaannya. Dimana kebudayaan dapat merupakan peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Di antara ilmu-ilmu sosial, dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan, tujuan, manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologis manusia dan perilakunya di semua masyarakat.
Selain itu, antropologi bermaksud mempelajari umat manusia secara objektif, paling tidak mendekati objektif dan sistematis. Seorang ahli antropologis dituntut harus mampu menggunakan metode-metode yang mungkin juga digunakan oleh para ilmuwan lain dengan mengembangkan hipotesis atau penjelasan yang dianggap benar, menggunakan data lain untuk mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori, yaitu suatu sistem hipotesis yang telah teruji. Sedangkan data yang digunakan ahli antropologi dapat berupa data dari studi masyarakat atau studi komparatif di antara sejumlah besar masyarakat.

D.   Istilah – istilah Lain Antropologi
Sampai sekarang di beberapa Negara masih belum ada kesamaan istilah untuk menyebut Antropologi. Koentjaraningrat menjelaskan istilah – istilah lain untuk menyebut antropologi antara lain :
a.      Etnogaphy adalah penulisan yang melukiskan tentang bangsa – bangsa, terutama tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan suku – suku bangsa.
b.      Etnology bearti ilmu bangsa – bangsa. Sekarang menjadi bagian Antropologi yang mengkaji tentang sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
c.       Volkerkunde bearti ilmu bangsa – bangsa yang berkembang di Eropa Tengah sampai sekarang.
d.      Kulturkunde bearti ilmu kebudayaan, pemakaiannya sama dengan ethnology, istilah ini pernah dipakai untuk menyebut antropologi di Jerman.
e.      Anthropology bearti ilmu tentang manusia, dan istilah yang sangat tua bearti ilmu yang mempelajari tentang ciri – ciri tubuh manusia.
f.        Cultural Anthropology dipergunakan di Amerika Latin dan di Negara – negara lain untuk menyebut bagian dari antropologi yang tidak mempelajari manusia dari segi fisiknya.
g.      Antropologi sosial adalah dipergunakan di Inggris dalam fase ketiga, sebagai lawan etnologi.

E.  Disiplin Antropologi
William A. Haviland membagi Antropologi menjadi empat cabang yaitu secara garis besar Antropologi fisik dan Antropologi budaya dibagi tiga cabang/disiplin: arkeologi, Antropologi linguistik dan etnologi.
a.      Antropologi fisik sebagai bagian antropologi yang mengkaji manusia sebagai organisasi biologis, yang menjadi pusat perhatian evolusi manusia , menjelaskan sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari ciri – ciri tubuhnya.
b.      Arkeologi sebagai bagian antropologi budaya yang mempelajari, material biasanya dari masa lampau untuk menguraikan dan menjelaskan manusia.
c.       Antropologi Linguistik cabang Antropologi budaya yang mempelajari bahasa manusia.
d.      Etnologi sebagai cabang antropologi yang mempelajari kebudayaan ditinjau dari sudut komperatif dan historis.
Roger M. Keesing secara garis besarnya membagi dua cabang, yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya. Tetapi keesing membagi antropologi budaya menjadi tiga cabang : arkeologi, antropologi linguistik dan antropologi sosial.
Harsojo secara garis besar antropologi dibagi dua cabang yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya. Antropologi fisik mengkaji manusia sebagai makhluk biologis ; asal usul manusia berdasarkan evolusi organik, struktur tubuh dan kelompok – kelompok manusia. Sedangkan antropologi budaya sebagai cabang besar antropologi umum yang mempelajari kebudayaan berbagai bangsa di dunia, dibagi empat sub – disiplin antropologi : prasejarah, antropologi linguistik, etnologi dan kebudayaan dan kepribadian.
a.      Prasejarah mempelajari perkembangan budaya manusia di masa lampau sebelum terdapat bahan – bahan tertulis.
b.      Antropologi linguistik mempelajari bahan – bahan dari etnolinguistik yang berupa daftar kata – kata.
c.       Etnologi mempelajari kebudayaan manusia dengan mengadakan pendekatan perbandingan dari kebudayaan – kebudayaan secara individual yang terdapat di muka bumi.
d.      Kebudayaan dan kepribadian mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kelompok dan tingkah laku manusia, maka terdapat kerja sama antara ahli – ahli antropologi , sosiologi.

F. Hubungan Antropologi Dengan Filsafat
Filsafat Manusia secara umum bertujuan menyelidiki, menginterpretasi dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia sebagaimana pula halnya dengan ilmu-ilmu tentang manusia (human studies). Adapun secara spesifik bermaksud memahami hakikat atau esensi manusia. Jadi, mempelajari filsafat manusia sejatinya adalah upaya untuk mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu?
Obyek kajiannya tidak terbatas pada gejala empiris yang bersifat observasional dan atau eksperimental, tetapi menerobos lebih jauh hingga kepada gejala apapun tentang manusia selama bisa atau memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional.
1.         Metodenya :
·         Sintesis, yakni mensintesakan pengetahuan dan pengalaman kedalam satu visi yang menyeluruh tentang manusia.
·         Refleksi, yakni mempertanyakan esensi sesuatu hal yang tengah direnungkan sekaligus menjadikannya landasan bagi proses untuk memahami diri sendiri (self understanding).

2.         Cirinya :
·         Ekstensif, yakni mencakup segala aspek dan ekspresi manusia, lepas dari kontekstualitas ruang dan waktu. Jadi merupakan gambaran menyeluruh (universal) tidak fragmentaris tentang realitas manusia.
·         Intensif, yakni bersifat mendasar dengan mencari inti, esensi atau akar yang melandasi suatu kenyataan.
·         Kritis, atau tidak puas pada pengetahuan yang sempit, dangkal dan simplistis tentang manusia. Orientasi telaahnya tidak berhenti pada “kenyataan sebagaimana adanya” (das Sein) tetapi juga berpretensi untuk mempertimbangkan “kenyataan yang seharusnya atau yang ideal) (das Sollen).

3.         Manfaatnya,secara :
·         Praktis, mengetahui tentang apa atau siapa manusia dalam keutuhannya, serta mengetahui tentang apa dan siapa diri kita ini dalam pemahaman tentang manusia tersebut.
·         Secara Teoritis, untuk meninjau secara kritis beragam asumsi-asumsi yang berada di balik teori-teori dalam ilmu-ilmu tentang manusia.
Diharapkan dengan mempelajari filsafat manusia, seseorang akan menyadari dan memahami tentang kompleksitas manusia yang takkan pernah ada habisnya untuk senantiasa dipertanyakan tentang makna dan hakikatnya. Sejauh “misteri” dan “ambiguitas” manusia ini disadari dan dipahami, seseorang akan menghindari sikap sempit dan tinggi hati. Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan hak istimewa dari sampai batas tertentu memiliki tugas menyelidiki hal-hal secara mendalam. Manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa yang baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia.
Kesulitan bagi suatu filsafat manusia filsafat berpretensi mengatakan apa yang paling penting bagi manusia. Para filsuf mangatakan dan menimbulkan berbagai pendapat. Bagi Platon dan Platin misalnya, manusia adalah suatu makhluk ilahi. Bagi Epicura dan Lekritius sebaliknya manusia yang berumur pendek lahir karena kebetulan dan tidak berisi apa-apa. Descartes mengambarkan manusia sebagai terbetuk dari campuran antara dua macam bahan yang terpisah, badan dan jiwa. Apakah manusia itu, dan darimana datangnya manusia, tempat apakah yang didudukinya dalam alam semesta yang luas, darimana manusia datang dan untuk apakah ia ditakdirkan.Manusia mampu mengetahui dirinya dengan kemampuan berpikir yang ada pada dirinya.
Manusia menghasilkan pertanyaan tentang segala sesuatu. Filsafat lahir karena berbagai pertanyaan yang diajukan oleh manusia. Ketika Manusia mulai menanyakan keberadaan dirinya, filsafat manusia lahir dan mempertanyakan, “siapakah Kamu Manusia?” Manusia bisa memikirkan dirinya, tapi apakah tujuan pertanyaan yang diajukannya. Keberadaan dirinya diantara yang lain yang membuat menusia perlu mendefinisikan keberadaan dirinya. Apabila pernyataan bahwa manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa yang baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia. Hakikat diri manusia tidak akan muncul ketika tidak terdapat pembanding diluar dirinya. Sesuatu yang baik dan buruk pada manusia menunjukkan dirinya ada dinilai diantara ke beradaan yang lain. Pikiran itu adalah kesadaran, tidak mengambil tempat dalam ruang. Materi adalah perluasan, mengambil tempat dalam ruang dan tidak mempunyai kesadaran. Kedua substansi tersebut tidak mempunyai hubungan satu sama lain. Pikiran sama sekali tidak tergantung pada materi, sebaliknya proses materi juga tidak tergantung pada pikiran àdualisme.
Manusia adalah makhluk ganda yang mempunyai pikiran dan badan perluasan. Apa yang kita pikirkan dengan akal kita tidak terjadi di dalam badan – itu terjadi di dalam pikiran, yang sama sekali tidak tergantung pada realitas perluasan. Namun Descartes tidak dapat menyangkal bahwa ada interaksi konstan antara pikiran dan badan. Interaksi konstan berlangsung antara “roh” dan “materi”. Pikiran dapat selalu dipengaruhi oleh perasaan dan nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan badaniah. Namun pikiran dapat bekerja tanpa tergantung pada badan (jika aku merasakan sakit yang amat-sangat pada perutku, jumlah sudut dalam sebuah segitiga tetap 180 derajat. Maka manusia mempunyai kemampuan untuk bangkit mengatasi kebutuhan-kebutuhan badaniah dan bertindak secara rasional.
Dalam hal ini pikiran lebih unggul daripada badan. Individu tidak ditempatkan di hadapan Ketiadaan, melainkan di hadapan Tuhan. Yang harus dipersoalkan terutama subyektivitas dari kebenaran, yaitu bagaimana kebenaran dapat menjelma dalam kehidupan individu. Kebenaran obyektif – termasuk agama – harus mendarah daging dalam si individu. Yang penting ialah bahwa aku memahami diriku sendiri, bahwa kulihat dengan jelas apa yang Tuhan kehendaki sungguh-sungguh agar aku perbuat. Yang terutama kubutuhkan ialah mendapatkan suatu kebenaran yang adalah benar untuk aku, suatu ide yang bisa mengilhami kehidupan dan kematianku.
Menurut tinjauan kefilsafatan manusia adalah makhluk yang bertanya, dalam hal ini manusia sebagai makhluk yang mempertanyakan dirinya sendiri dan keberadaannya. Dalam hal ini manusia mulai tahu keberadaannya dan menyadari bahwa dirinya adalah penanya. Apabila ditinjau dari segi dayanya, maka jelaslah manusia memiliki dua macam daya. Disatu pihak manusia memiliki daya untuk mengenal dunia rohani, yang nous, suatu daya intuitip, yang kerena kerjasama dengan akal menjadikan manusia dapat memikirkan serta membicarakan hal-hal yang rohani. Di lain pihak manusia memiliki daya pengamatan (aisthesis), yang karena pengamatan yang langsung yang disertai dengan daya penggambaran atau penggagasan menjadikan manusia memiliki pengetahuan yang berdasarkan pengamatan.
Manusia terdiri dari jiwa dan tubuh, yang keduanya dapat berdiri sendiri-sendiri. Jiwa berada dalam tubuh seperti terkurung dalam penjara dan hanya kematian yang dapat melepaskan belenggu tersebut. Tujuan kefilsafatan manusia diatas menitik beratkan pada dayanya, manusia sebagai idea, yaitu sebagai manusia yang tak bertubuh. Telah ada kekal sejak logos, jiwa dibedakan antara jiwa sebagai kekuatan hidup (psuke) dan jiwa sebagai kekuatan akali (nous, dianoia, psuke logike). Jiwa sebagai kekuatan hidup berada dalam darah dan tidak dapat binasa. Jiwa yang besifat akali atau nous lebih tinggi tingkatannya karena merupakan jiwa yang bersifat ilahi. Sebelum manusia dilahirkan jiwa ini sudah ada jiwa ini tidak dapat binasa. Ia memasuki tubuh dari luar. Di dalam tubuh jiwa itu dipenjara. Karena itu hidup di dunia ini adalain adalah binatang, binatang tak berjiwa, material belaka, jadi manusia pun material belaka. Kesimpulannya : bahan bergerak sendiri, adapun yang disebut orang sebagai pikiran itupun merupakan sifat material, terutama kerja atau tindakan otak.
Dalam gerak-geriknya manusia itu sungguh-sungguh seperti mesin. Materialisme ini dalam antropologia disebut materialisme ekstrim, karena aliran ini mengingkari kerohanian dalam bentuk apapun juga, malahan mengingkari adanya pendorong hidup. Kebalikan dari meterialisme adalah idealisme. Dalam pandangan ini semuanya membedakan manusia dari binatang ; bukanlah manusia itu material belaka. Meskipun diakui juga, bahwa manusia ada samanya juga dengan binatang jadi manusia pun mempunyai kebinatangan tetapi dalam pada itu adalah bedanya yang mengkhususkan dia, yang sama sekali melainkan dia dari binatang. Kelainan ini bukanlah perbedaan tingkatan saja, melainkan mengenai jenisnya istimewa: kemanusiaannya.
Dalam idealisme terdapat beberapa corak, yaitu : idealisme etis, idealisme estetik; dan idealisme hegel.Adapun paham rasionalisme dan irrasionalisme bukanlah paham yang saling bertentangan seperti paham materalisme dan idealisme. Pelopor rasionalisme adalah Rene Descartes yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari jasmaninya dengan keluasannya (extensio) serta budidan kesadarannya. Sedangkan yang dimaksud dengan pandangan manusia yang irrasionalistis ialah pandangan-pandangan :
a.         Yang mengingkari adanya rasio;
b.         Yang kurang menggunakan rasio walaupun tidak mengingkarinya
c.          Terutama pandangan yang mencoba mendekati manusia dari lain pihak serta, kalau dapat dari keseluruhan pribadinya.

Teranglah bahwa penggolongan filsafat manusia dalam rasionalisme-irrasionalisme bukanlah penggolongannya yang lain sekali dari penggolongan : idealisme-materialisme : ini hanya pandangan dari sudut lain. Dengan demikian semua aliran materialisme harus dimasukkan kedalam aliran irrasionalisme.

           










BA III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari penjelasan diatasa dapat say simpulkan bahwa:
Ø  Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Ø  Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa
Ø  Di antara ilmu-ilmu sosial, dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan, tujuan, manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologis manusia dan perilakunya di semua masyarakat.
Ø  Lewis H Morgan  (1818-1881) adalah perintis dan pelopor yang paling berpengaruh dalam ilmu antropologi dengan karya terbesarnya yang berjudul Ancient Society (1877) yang melukiskan proses masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat evolusi kebudayaan yang universal.

B. Saran
1.      Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk memahami, memecahkan dan menelaah secara kritis dan rasional   tentang berbagai fenomena sosial budaya yang terjadi di Indonesia
2.       Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang Pembelajaran Antropologi Budaya.


DAFTAR PUSTAKA


Harsojo. 1984. Pengantar Antropologi. Cetakan kelima. Jakarta:  Rineka Cipta.
Ihromi, T.Q. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan obor Indonesia.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sapardi, 2004. Pengantar Antropologi. Jakarta : Seri Buku Teks.
Adorno, T.W., Frenkel-Brunswik, E., Levinson, D.J. and Sanford, R.N. 1950. The Authorian Personality. New York: Basic Books.
Allan, Graham . 2000. “Perkawinan” dalam Adam Kuper & Jesica Kuper,  Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial,
Diterjemahkan oleh Haris Munandar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 612-613.
Allport, Gordon. W. 1954. The Nature Prejudice. Cambridge, MA: Addison-Wesley.
Banks, James, A. 1970. Teaching the Black Experience: Methods and Materials. Belmont, Calif: Fearon.
Banks, James A. 1977. Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-Making. Belmot, Calif: Fearon.

0 komentar :

Posting Komentar