BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Antropologi adalah ilmu tentang manusia.
Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi
merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh
pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia
Antropologi adalah disiplin ilmu yang meneliti
dan menganalisa berbagai cara hidup manusia dan berbagai sistem tindakan
manusia, dengan aspek belajar tang merupakan aspek pokoknya. Hampir semua
tindakan manusia adalah kebudayaan. Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah
seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Misalnya
segala kemampuan manusia yang tidak merupakan bawaan dari alam (disebut juga
naluri, karena sudah terprogram di dalam gennya, seperti halnya pada hewan), tetapi
harus dikuasainya dengan belajar. Contoh: manusia makan pada waktu-waktu
tertentu yang dianggap wajar dan pantas; ia makan menggunakan alat-alat,
cara-cara, serta sopan-santun atau protokol yang terkadang sangat rumit, yang
harus dipelajarinya dengan susah payah. Ini berkaitan dengan filsafat, ketika
belajar maka tidak lepas dari memikirkan sesuatu lebih mendalam demi mencapai
kebenaran.
Antropologi menggunakan bahan berupa
fakta-fakta yang berasal dari sebanyak mungkin masyarakat dan kebudayaan yang
berbeda-beda, harus menggunakan berbagai metode komparatif untuk mendapatkan
suatu ciri umum yang biasanya ditentukan dengan cara mencari
perumusan-perumusan yang menyatukan berbagai hubungan yang mantap antara
fakta-fakta.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dibahas dlam makalah ini yaitu
:
1.
Apa yang dimaksud
dengan antropologi?
2.
Bagaimana sejarah
dan perkembagan antropologi?
3.
Apa saja tujuan
dan kegunaan antropologi?
4.
Apa saja istilah
lain antropologi?
5.
Bagaimana disiplin
antropologi?
6.
Bagaimana
hubunganantropologi dengan filsafat?
3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam makalah ini yaitu :
1.
Mengetahui
penngertian antropologi
2.
Mengetahui
sejarah dan perkembangan antropologi
3.
Memahami tujuan
dan kegunaan antropologi
4.
Memahami displin
natroplogi
5.
Mengetahui
hubungan antropologi dengan filsafat
4
Manfaat
Adapun manfaat yang diambil dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Bagi penulis
Manfaat yang penulis dapat dari penyusunan
makalah ini adalah penulis menjadi lebih giat belajar dan rajin mencari
materi-materi yang berkaitan dengan pembuatan makalah dari berbagai sumber dan
dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini penulis merasa senang karena
bisa menuntaskan tugas akhir sebelum UAS.
2.
Bagi pembaca
Manfaat bagi pembaca yang telah membaca dan
mempelajari bahkan memahami makalah ini yaitu bisa menjadi lebih paham tentang
filafat antropologo. Selain itu pembaca juga akan bisa mendapatkan
informasi-informasi yang pembaca butuhkan yang berkaitan dengan gerak melingkar
serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis
menggunakan dua metode penulisan, yaitu :
1)
Metode internet,
yaitu dengan mengumpulkan data-data berdasarkan informasi dari media internet
2)
Metode pustaka,
yaitu dengan mengumpulkan data-data pembendarahaan pengetahuan mencari beberapa
masalah yang berhubungan dengan filsafat antropologi sehingga terkumpulah
informasi yang dapat membantu menyelesaikan makalah ini.
7.
Batasan Masalah
Dalam menyelesaiakan masalah yang penulis
kemukakan di sini, dipandang perlu untuk menentukan masalah yang akan
dikemukakan. Sehingga makalah tidak keluar dari jangkauan pemikiran penulis.
Yang menjadi pokok masalah yang dikemukakan
penulis sebagai sub bab makalah ini adalah :
·
Pengertian
antropologi
·
Sejarah dan
perkembangan antropologi
·
Tujuan dan
kegunaan antropologi
·
Istilah-istilah
lain antropologi
·
Disiplin
antropologi
·
Hubungan
antropologi dengan filsafat
8.
Sistematika Penulisan
Laporan ini terdiri dari tiga bab dan untuk
lebih jelasnya maka sususan makalah adalah sebagai :
1.
Bab I Pendahuluan
yang di dalamnya terdapat latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, batasan
masalah, dan sistematika permasalahan.
2.
Bab II Pembahasan
merupakan penjelasan dan ulasan singkat tentang teori dasar yang mendasari
penulisan makalah.
3.
Bab III
Kesimpulan dari pembahasan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Antropologi
Antropologi adalah salah satu cabang
ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal
dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat,
budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan
pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata Yunani
άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos
yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik
dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus
utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu
kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar
manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi
sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan
penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.
Definisi
Antropologi menurut para ahli
William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat
manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
David Hunter:Antropologi adalah ilmu yang lahir dari
keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari
umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana
antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara
berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap
manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dengan, demikian
antropologi merupakan hal yang mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam
kehidupan manusia.Dapat dilihat dari perkembangan pada masa saat ini, yang
merupakan salah dari fenomena- fenomena yang terjadi ditengah- tengah
masyarakat sekarang ini.
1.1.
Antropologi Fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia
sebagai organisme biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya
dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis (spesies). Contoh :
Para antropologi umumnya memiliki anggapan bahwa nenek
moyang manusia adalah sejenis kera dan monyet, karena memiliki
kemiripan-kemiripan tertentu.
a. Paleoantropologi
Merupakan ilmu tentang asal-usul atau
soal terjadinya evolusi makhluk hidup manusia dengan mempergunakan bahan
penelitian melalui sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosil-fosil manusia
dari zaman ke zaman yang tersimpan dalam lapisan bumi dan didapat dengan
berbagai penggalian.
b. Antropologi Biologis
Merupakan bagian ilmu antropolgi yang
mempelajari suatu pengertian tenteng sejarah terjadinya aneka warna makhluk
manusia jika dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, baik lahir (fenotipik),
seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka,
warna mata, bentuk hidung, tinggi badan dan bentuk tubuh maupun sifat bagian
dalam (genotipik), seperti golongan darah dan sebagainya. Manusia dimuka bumi
ini terdapat beberapa golongan berdasarkan persamaan mengenai beberapa ciri
tubuh. Pengelompokkan seperti itu dalam ilmu antropologi disebut ras
1.2.Antropologi Budaya
Antropologi Budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia ataupun
cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Haviland (1999:12) caban antropologi
budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni antropologi prehistori,
etnolinguistik, dan etnologi. Untuk memahami pekerjaan para ahli antropologi
budaya, kita harus tahu tentang hakikat kebudayaan, menyangkut konsep
kebudayaan, dan karakteristiknya; bahasa dan komunikasi, menyangkut hakikat
bahasa dan bahasa dalam kerangka kebudayaan; serta kebudayaan dan kepribadian.
Antropologi budaya juga merupakan
studi tentang praktik-praktik sosial,bentuk-bentuk
ekspresif, dan penggunaan bahasa, dimana makna diciptakan dan diuji sebelum
digunakan oleh masyarakat manusia.
a. Antropologi prehistori
Merupakan ilmu tentang perkembangan
dan penyebaran semua kebudayaan manusia sejak sebelum manusia mengenal tulisan
atau huruf. Dalam ilmu sejarah, seluruh waktu dari perkembangan kebudayaan umat
manusia mulai saat terjadinya mmakhluk manusia, yaitu kira-kira 800.000
tahunyang lalu hingga sekarang, dibagi menjadi dua bagian yakni masa sebelum
mengenal tulisan atau huruf, dan masa setelah manusia mengenal tulisan atau
huruf. Subilmu prehistori ini sering disebut ilmu arkeologi. Di sini ilmu
arkeologi sebenarnya adalah sejarah kebudayaan dari zaman prehistori
b. Etnolinguistik atau Antropologi Linguistik
Suatu ilmu yang berkaitan dengan ilmu
antropologi dengan berbagai metode analisis kebudayaan yang berupa daftar
kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa
suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini. Dari bahan ini
telah berkembang ke berbagai macam metode analisis kebudayaan, serta berbagai
metode untuk menganalisis dan mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal
tulisan. Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah, juga ilmu
linguistic umum. Walaupun demikian, ilmu etnolinguistik di berbagai pusat
ilmiah di dunia masih tetap berkaitan erat dengan ilmu antropologi, bahkan
merupakan bagian dari ilmu antropologi.
c. Etnologi
Merupakan bagian ilmu antropologi
tentang asas-asas manusia, mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan
masyarakat dari bangsa-bangsa tertentu yang tersebar di muka bumi pada masa
sekarang.
B. Sejarah
dan Perkembangan Antropologi
Disiplin antropologi merupakan peradaban barat. Dari
lembaga-lembaga antropologi etnografi, lahirlah
Antropologi untuk pertama kali. Misalnya, lembaga Society Etnogiqui (Paris) 1839
oleh M.Edwards,The Etnological Society (London) oleh T.Hodgokin (anti perbudakan).
Tujuan lembaga tersebut sebagai pusat pengumpulan dan studi bahan etnografi
yang berasal dari banyak kebudayaan di dunia.Dua puluh lima tahun kemudian
(1874) di London diterbitkan buku Notes and Queries in Anthropologi yang
dipergunakan untuk menyusun pedoman dalam pengumpulan etnografi secara teliti.
Etnografi (ilmu tentang bangsa-bangsa) resmi
diakui dunia tahun 1884 dengan diadakannya mata kuliah etnologi di
universitas Oxford,inggris dengan E.B Tylor (ahli arkeologi peradaban
yunani dan romawi kuno) sebagai dosen pertama. Di amerika serikat,etnologi
resmi diakuidengan dibukanya Department of archeology and ethnologi di
universitas Harvard tahun 1888.Dalam perkembamgannya ,lembaga etnologi di
amerika terdesak dengan istilah antropologi sebagai ilmu tentang manusia dalam
segala aspeknya,baik fisik maupun budayanya dari manusia dahulu sampai sekarang.
Lewis H Morgan (1818-1881) adalah
perintis dan pelopor yang paling berpengaruh dalam ilmu antropologi dengan
karya terbesarnya yang berjudul Ancient Society (1877) yang melukiskan proses masyarakat
dan kebudayaan melalui delapan tingkat evolusi kebudayaan yang universal (zaman
liar tua, zaman liar madya ,zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar
madya, zaman barbar muda, zaman peradaban baru, zaman peradaban masa kini).
Namun teori Morgan dikecam keras oleh antropolog inggris maupun amerika,
sehingga tidak diakui dunia sedangkan di Uni Soviet teori Morgan popular karena
bersesuaian dengan ajaran Karl Marx dan F.Engels mengenai evolusi masyarakat
manusia.
Yang diakui sebagai bapak antropologi adalah
Franz Boas yaitu antropolog kelahiran Jerman ahli geografi yang menulis buku
The Centural Eskimo (1888). Boas pun telah meletakkan konsepsi dasar yang
sampai sekarang dianut oleh hampir seluruh universitas di Amerika Serikat yaitu
kesatuan dari semua ilmu tentang manusia dan kebudayaan, yaitu ilmu
paleoantropologi, antropologi fisik, arkeologi
prasejarah. etnolinguistik, dan antropologi
budaya yang menjadi sub ilmu antropologi. Boas mengatakan bahwa ada perbedaan
antara pencatat dan pengumpul bahan di daerah dan ahli pikir yang menganalisis
bahan, jadi ahli etnografi yaitu juru catat saja sedangkan sarjana etnologi
mahir dalam teori-teori mengenai seluk beluk masyarakt dan kebudayaan manusia.
Dalam buku antropologi sosial karya E.E.Evans Pritchard dijelaskan bahwa etnologi dan
antropologi sosial memiliki tujuan yang berbeda walauupun kajiannya sama. Tugas
etnologi ialah mengelompokkan manusia berdasarkan cirri-ciri ras dan kebudayaan
mereka dan kemudian menguraikan tentang penyebaran pada masa ini atau masa lalu
melalui pergerakan dan percampuran manusia serta difusi kebudayaan. Sedangkan
antropolgi sosial mempunyai tugas mengkaji tingkah laku sosial umumnya dalam
bentuk yang telah dilembagakan seperti persaudaraan, sistem kekeluargaan, organisasi
politik, tatacara hubungan antara semua lembaga tersebut. Manusia primitif (masyarakat
yang kurang maju dari kita dalam beberapa aspek, tetapi mereka sering kali
lebih maju di bidang lainnya). Manusia primitif (savage) inilah pada abad 18
sangat menarik perhatian para filsafah himgga pada abad ke 19 ahli antropolog
juga meminatinya karena manusia primitif memaparkan institusi-intuisi di dalam
bentuk yang paling sederhana, kebudayaan yang beragam dan masyarakat primitif
lebih cepat berubah bahkan terhapus. Sistem-sistem sosial yang semakin pupus
ini adalah variasi struktur yang unik.Dalam antropologi terdapat 4 fase yang
terjadi dalam perkembangan antropologi sebagai ilmu, yaitu:
2.1. Fase pertama
Fase ini terjadi sebelum tahun 1800, sekitar
akhir abad 15 hingga awal abad 16 orang eropa mulai mengelilingi wilayah di kawasan
Asia, Afrika dan Amerika, sejak saat dalam perkembangannya permukaan bumi ini
mulai terkena pengaruh negara-negara Eropa Barat. Dalam perkembanganya mulai
terkumpul catatan, buah cerita laporan dan buku-buku kisah cerita dari para
musafir, pelaut, pendeta penyiar agama dan pegawai pemerintah jajahan mengenai
wilayah yang mereka datangi. Dalam buku-buku itu termuat mengenai deskripsi
bangsa-bangsa yang terdapat di Afrika, Asia, Oseania dan suku-suku bangsa
lainnya. Bahan-bahan deskripsi tersebut sangat menarik perhatian bangsa Eropa
karena perbedaan dari wilayah yang dikunjungi dengan adat istiadat, bahasa,
susunan masyarakat dan cirri-ciri fisik bangsa-bangsa Eropa Barat.
Bahan-bahan pengetahuan tadi disebut
etnografi, atau seskripsi tentang bangsa-bangsa. Deskripsai yang diperoleh tadi
biasanya tidak begitu teliti sehingga seringkali bersifat kabur, dan kebanyakan
hanya memperhatikan hal yang menurut orang Eropa nampak aneh saja, walau ada
pula karangan-karangan yang baik dan bersifat lebih teliti.
Dari keanehannya, maka bahan etnografi tadi
amat menarik perhatian kaum terpelajar di Eropa Barat sejak abad ke 18.
Kemudian dalam pandangan orang Eropa munculah pertentyangan terhadap bangsa
Amerika, Afrika Asia dan juga Oseania tadi, yaitu: sebagian orang eropa
menganggap bahwa mereka keturunan iblis dan bukan bangsa yang merupakan
keturunan manusia, ada juga yang menganggap mereka merupakan bangsa yang masih
murni yang belum tersentuh oleh kejahatan, dan yang terakhir sebagian orang
Eropa tertarik akan adat-istiadat dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan
asal Amerika, Afrika, Oseania dan Asia sehingga muncul museum-museum kebudayaan
luar Eropa.
Pada awal abad ke-19 pehartian
terhadap himpunan pengetahuan tentang masyarakat, adat istiadat dan cirri-ciri
fisik bangsa-bangsa di luar Eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar,
demikian besarnya sehingga timbul usaha-usaha pertama dari dunia ilmiah untuk
mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi tadi menjadi
satu.
2.2.Fase Kedua
Masa ini berlangsung pada pertengahan abad
ke-19, pada masa ini mulai muncul tulisan-tulisan ataupun berupa karangan yang
menyusun bahan etnhografi tersebut berdasarkan cara berfikir evolusi
masyarakat. Secara singkat kerangka berfikir tersebut bisa di golongkan seperti
berikut: Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat
lambat dalam jangka beribu-ribu tahun dengan berbagai tingkatan evolusi, dengan
sebagai patokan tingkatan tertinggi adalah masyarakat yang hidup seperti
masyarakat dii Eropa Barat. Bentuk masyarakat yang tinggal di luar Eropa
disebut oleh mereka (orang Eropa) sebagai bangsa primitif, dianggap sebagai
sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih hidup hingga sekarang. Berdasarkan
kerangka berfikir tersebut maka pada tahun sekitar 1860 timbul beberapa
karangan yang membandingkan tingkat kebudayaan dari masing-masing bangsa
berdasar tingkat-tingkat evolusi, sehingga timbula ilmu antropologi.
Kemudian timbul pula beberapa karangan yang
hendak meneliti sejarah penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi.
Disini pula orang Eropa masih menganggap kebudayaan diluar Eropa merupakan
sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih kuno, sehingga dengan meneliti
kebudayaan tersebut maka mereka dapat mengetahui sejarah penyebaran kebudayaan
manusia. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa fase perkembangannya yang
kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu akademikal; dengan tujuan yang
dapat dirumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan
primitive dengan maksud untuk mendapat ssuatu pengertian tentang
tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
2.3.Fase Ketiga
Fase ini berlangsung pada permulaan abad
ke-20. Pada permulaan abad ke-20, sebagian besar negara-negara penjajah di
Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di
daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan daerah jajahan dimana pada
waktu itu mulai berhadapan ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru
mempelajari bangsa-bangsa di daerah luar eropa justru menjadi sangat penting.
Sejak itu timbul pendirian bahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu
penting.
Suatu ilmu antropologi dengan sifat-sifat seperti
yang terurai di atas terutama berembang di negara Inggris sebagai negara
penjajah yang utama, tetapi juga di hampir semua negara kolonial lainnya.
Selain itu ilmu antropologi di Amerika Serikat yang bukan negara kolonial
tetapi mengalami berbagai masalah yang berhubungan dengan suku-suku bangsa
Indian yang merupakan suku asli atau penduduk pribumi Benua Amerika kemudian
terpengaruh oleh ilmu antropologi yang baru tadi. Dalam fase ketiga ini ilmu
antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis dan tujuannya dapat dirumuskan
sebagai berikut : Mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di
luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu
pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
2.4.Fase Keempat
Fase ini kira-kira sesudah 1930. Pada fase ini
ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas. Hal ini
termasuk bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai
ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kecuali itu kita lihat adanya dua perubahan
di dunia, yaitu timbulnya anti pati terhadap kolonialisme terhadap perang dunia
II, serta cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli
dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa dan Amerika) yang sekitar tahun
1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tak ada lagi di
muka bumi.
Proses tersebut menyebabkan seolah-olah
lapangan dalam ilmu antropologi telah hilang, sehingga memunculkan sebuah
dorongan untuk memunculkan ide untuk mengembangkan lapangan penelitian dengan
ide dan tujuan baru. Adapun bahan-bahan etnografi yang terdapat dalam fase
pertama, kedua maupun yang ketiga tidak dibuang begitu saja melainkan dijadikan
sebagai landasan bagi perkembangannya yang baru. Pengembangan itu terjadi di
Amerika Serikat tetapi menjadi umum di negara-negara lain setelah tahun 1951, setelah
60 orang ahli antropologi dari berbagai negara Amerika dan Eropa, menjalin
seuatu simposium internasional untuk meninjau dan merumuskan pokok tujuan ruang
lingkup dari ilmu antropologi yang baru.
Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru
dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat dibagi dua yaitu tujuan
akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademuikalnya adalah mencapai
pengertian tentang makhluk-makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari
aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena di dalam
praktek ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku bangsa, maka
tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku-bangsa
guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
C. Tujuan Dan
Kegunaan Antropologi
Sebagai ilmu tentang umat manusia, antropologi
melalui pendekatan dan metode ilmiah berusaha menyusun sejumlah generalisasi
yang bermakna tentang manusia dan perilakunya. Kedua bidang besar dari
antropologi adalah antropologi fisik dan budaya. Antropologi fisik memusatkan
perhatiannya pada manusia sebagai organisme biologis yang tekanannya pada upaya
melacak evolusi perkembangan manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis
dalam spesies manusia. Sedangkan antropologi budaya berusaha mempelajari
manusia berdasarkan kebudayaannya. Dimana kebudayaan dapat merupakan
peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Di antara ilmu-ilmu sosial, dan alamiah,
antropologi memiliki kedudukan, tujuan, manfaat yang unik karena bertujuan dan
bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang
didasarkan pada studi atas semua aspek biologis manusia dan perilakunya di
semua masyarakat.
Selain itu, antropologi bermaksud mempelajari
umat manusia secara objektif, paling tidak mendekati objektif dan sistematis.
Seorang ahli antropologis dituntut harus mampu menggunakan metode-metode yang
mungkin juga digunakan oleh para ilmuwan lain dengan mengembangkan hipotesis
atau penjelasan yang dianggap benar, menggunakan data lain untuk mengujinya,
dan akhirnya menemukan suatu teori, yaitu suatu sistem hipotesis yang telah
teruji. Sedangkan data yang digunakan ahli antropologi dapat berupa data dari studi
masyarakat atau studi komparatif di antara sejumlah besar masyarakat.
D.
Istilah – istilah Lain Antropologi
Sampai sekarang di
beberapa Negara masih belum ada kesamaan istilah untuk menyebut Antropologi.
Koentjaraningrat menjelaskan istilah – istilah lain untuk menyebut antropologi
antara lain :
a.
Etnogaphy adalah penulisan yang melukiskan tentang bangsa
– bangsa, terutama tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan suku – suku
bangsa.
b.
Etnology bearti ilmu bangsa – bangsa. Sekarang menjadi
bagian Antropologi yang mengkaji tentang sejarah perkembangan kebudayaan
manusia.
c.
Volkerkunde bearti ilmu bangsa – bangsa yang berkembang
di Eropa Tengah sampai sekarang.
d.
Kulturkunde bearti ilmu kebudayaan, pemakaiannya sama
dengan ethnology, istilah ini pernah dipakai untuk menyebut antropologi di
Jerman.
e.
Anthropology bearti ilmu tentang manusia, dan istilah
yang sangat tua bearti ilmu yang mempelajari tentang ciri – ciri tubuh manusia.
f.
Cultural Anthropology dipergunakan di Amerika Latin dan
di Negara – negara lain untuk menyebut bagian dari antropologi yang tidak
mempelajari manusia dari segi fisiknya.
g.
Antropologi sosial adalah dipergunakan di Inggris dalam
fase ketiga, sebagai lawan etnologi.
E. Disiplin
Antropologi
William A. Haviland
membagi Antropologi menjadi empat cabang yaitu secara garis besar Antropologi
fisik dan Antropologi budaya dibagi tiga cabang/disiplin: arkeologi,
Antropologi linguistik dan etnologi.
a.
Antropologi fisik sebagai bagian antropologi yang
mengkaji manusia sebagai organisasi biologis, yang menjadi pusat perhatian
evolusi manusia , menjelaskan sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia
dipandang dari ciri – ciri tubuhnya.
b.
Arkeologi sebagai bagian antropologi budaya yang
mempelajari, material biasanya dari masa lampau untuk menguraikan dan
menjelaskan manusia.
c.
Antropologi Linguistik cabang Antropologi budaya yang
mempelajari bahasa manusia.
d.
Etnologi sebagai cabang antropologi yang mempelajari
kebudayaan ditinjau dari sudut komperatif dan historis.
Roger M. Keesing secara
garis besarnya membagi dua cabang, yaitu antropologi fisik dan antropologi
budaya. Tetapi keesing membagi antropologi budaya menjadi tiga cabang :
arkeologi, antropologi linguistik dan antropologi sosial.
Harsojo secara garis
besar antropologi dibagi dua cabang yaitu antropologi fisik dan antropologi
budaya. Antropologi fisik mengkaji manusia sebagai makhluk biologis ; asal usul
manusia berdasarkan evolusi organik, struktur tubuh dan kelompok – kelompok
manusia. Sedangkan antropologi budaya sebagai cabang besar antropologi umum
yang mempelajari kebudayaan berbagai bangsa di dunia, dibagi empat sub –
disiplin antropologi : prasejarah, antropologi linguistik, etnologi dan
kebudayaan dan kepribadian.
a.
Prasejarah mempelajari perkembangan budaya manusia di
masa lampau sebelum terdapat bahan – bahan tertulis.
b.
Antropologi linguistik mempelajari bahan – bahan dari
etnolinguistik yang berupa daftar kata – kata.
c.
Etnologi mempelajari kebudayaan manusia dengan mengadakan
pendekatan perbandingan dari kebudayaan – kebudayaan secara individual yang
terdapat di muka bumi.
d.
Kebudayaan dan kepribadian mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan kelompok dan tingkah laku manusia, maka terdapat kerja sama
antara ahli – ahli antropologi , sosiologi.
F. Hubungan
Antropologi Dengan Filsafat
Filsafat Manusia secara umum bertujuan
menyelidiki, menginterpretasi dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi
manusia sebagaimana pula halnya dengan ilmu-ilmu tentang manusia (human
studies). Adapun secara spesifik bermaksud memahami hakikat atau esensi
manusia. Jadi, mempelajari filsafat manusia sejatinya adalah upaya untuk
mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu?
Obyek kajiannya tidak terbatas pada gejala
empiris yang bersifat observasional dan atau eksperimental, tetapi menerobos
lebih jauh hingga kepada gejala apapun tentang manusia selama bisa atau
memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional.
1.
Metodenya :
·
Sintesis, yakni
mensintesakan pengetahuan dan pengalaman kedalam satu visi yang menyeluruh
tentang manusia.
·
Refleksi, yakni
mempertanyakan esensi sesuatu hal yang tengah direnungkan sekaligus
menjadikannya landasan bagi proses untuk memahami diri sendiri (self
understanding).
2.
Cirinya :
·
Ekstensif, yakni
mencakup segala aspek dan ekspresi manusia, lepas dari kontekstualitas ruang
dan waktu. Jadi merupakan gambaran menyeluruh (universal) tidak fragmentaris
tentang realitas manusia.
·
Intensif, yakni
bersifat mendasar dengan mencari inti, esensi atau akar yang melandasi suatu
kenyataan.
·
Kritis, atau
tidak puas pada pengetahuan yang sempit, dangkal dan simplistis tentang
manusia. Orientasi telaahnya tidak berhenti pada “kenyataan sebagaimana adanya”
(das Sein) tetapi juga berpretensi untuk mempertimbangkan “kenyataan yang
seharusnya atau yang ideal) (das Sollen).
3.
Manfaatnya,secara
:
·
Praktis,
mengetahui tentang apa atau siapa manusia dalam keutuhannya, serta mengetahui
tentang apa dan siapa diri kita ini dalam pemahaman tentang manusia tersebut.
·
Secara Teoritis,
untuk meninjau secara kritis beragam asumsi-asumsi yang berada di balik
teori-teori dalam ilmu-ilmu tentang manusia.
Diharapkan dengan mempelajari filsafat
manusia, seseorang akan menyadari dan memahami tentang kompleksitas manusia
yang takkan pernah ada habisnya untuk senantiasa dipertanyakan tentang makna
dan hakikatnya. Sejauh “misteri” dan “ambiguitas” manusia ini disadari dan
dipahami, seseorang akan menghindari sikap sempit dan tinggi hati. Filsafat
manusia perlu dipelajari karena manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan
hak istimewa dari sampai batas tertentu memiliki tugas menyelidiki hal-hal
secara mendalam. Manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa yang
baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia.
Kesulitan bagi suatu filsafat manusia filsafat
berpretensi mengatakan apa yang paling penting bagi manusia. Para filsuf
mangatakan dan menimbulkan berbagai pendapat. Bagi Platon dan Platin misalnya,
manusia adalah suatu makhluk ilahi. Bagi Epicura dan Lekritius sebaliknya
manusia yang berumur pendek lahir karena kebetulan dan tidak berisi apa-apa.
Descartes mengambarkan manusia sebagai terbetuk dari campuran antara dua macam
bahan yang terpisah, badan dan jiwa. Apakah manusia itu, dan darimana datangnya
manusia, tempat apakah yang didudukinya dalam alam semesta yang luas, darimana
manusia datang dan untuk apakah ia ditakdirkan.Manusia mampu mengetahui dirinya
dengan kemampuan berpikir yang ada pada dirinya.
Manusia menghasilkan pertanyaan tentang segala
sesuatu. Filsafat lahir karena berbagai pertanyaan yang diajukan oleh manusia.
Ketika Manusia mulai menanyakan keberadaan dirinya, filsafat manusia lahir dan
mempertanyakan, “siapakah Kamu Manusia?” Manusia bisa memikirkan dirinya, tapi
apakah tujuan pertanyaan yang diajukannya. Keberadaan dirinya diantara yang lain
yang membuat menusia perlu mendefinisikan keberadaan dirinya. Apabila
pernyataan bahwa manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa yang
baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia. Hakikat
diri manusia tidak akan muncul ketika tidak terdapat pembanding diluar dirinya.
Sesuatu yang baik dan buruk pada manusia menunjukkan dirinya ada dinilai
diantara ke beradaan yang lain. Pikiran itu adalah kesadaran, tidak mengambil
tempat dalam ruang. Materi adalah perluasan, mengambil tempat dalam ruang dan
tidak mempunyai kesadaran. Kedua substansi tersebut tidak mempunyai hubungan
satu sama lain. Pikiran sama sekali tidak tergantung pada materi, sebaliknya
proses materi juga tidak tergantung pada pikiran àdualisme.
Manusia adalah makhluk ganda yang mempunyai
pikiran dan badan perluasan. Apa yang kita pikirkan dengan akal kita tidak
terjadi di dalam badan – itu terjadi di dalam pikiran, yang sama sekali tidak
tergantung pada realitas perluasan. Namun Descartes tidak dapat menyangkal bahwa
ada interaksi konstan antara pikiran dan badan. Interaksi konstan berlangsung
antara “roh” dan “materi”. Pikiran dapat selalu dipengaruhi oleh perasaan dan
nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan badaniah. Namun pikiran dapat
bekerja tanpa tergantung pada badan (jika aku merasakan sakit yang amat-sangat
pada perutku, jumlah sudut dalam sebuah segitiga tetap 180 derajat. Maka
manusia mempunyai kemampuan untuk bangkit mengatasi kebutuhan-kebutuhan
badaniah dan bertindak secara rasional.
Dalam hal ini pikiran lebih unggul daripada
badan. Individu tidak ditempatkan di hadapan Ketiadaan, melainkan di hadapan
Tuhan. Yang harus dipersoalkan terutama subyektivitas dari kebenaran, yaitu
bagaimana kebenaran dapat menjelma dalam kehidupan individu. Kebenaran obyektif
– termasuk agama – harus mendarah daging dalam si individu. Yang penting ialah
bahwa aku memahami diriku sendiri, bahwa kulihat dengan jelas apa yang Tuhan
kehendaki sungguh-sungguh agar aku perbuat. Yang terutama kubutuhkan ialah
mendapatkan suatu kebenaran yang adalah benar untuk aku, suatu ide yang bisa
mengilhami kehidupan dan kematianku.
Menurut tinjauan kefilsafatan manusia adalah
makhluk yang bertanya, dalam hal ini manusia sebagai makhluk yang
mempertanyakan dirinya sendiri dan keberadaannya. Dalam hal ini manusia mulai
tahu keberadaannya dan menyadari bahwa dirinya adalah penanya. Apabila ditinjau
dari segi dayanya, maka jelaslah manusia memiliki dua macam daya. Disatu pihak
manusia memiliki daya untuk mengenal dunia rohani, yang nous, suatu daya
intuitip, yang kerena kerjasama dengan akal menjadikan manusia dapat memikirkan
serta membicarakan hal-hal yang rohani. Di lain pihak manusia memiliki daya
pengamatan (aisthesis), yang karena pengamatan yang langsung yang disertai
dengan daya penggambaran atau penggagasan menjadikan manusia memiliki
pengetahuan yang berdasarkan pengamatan.
Manusia terdiri dari jiwa dan tubuh, yang
keduanya dapat berdiri sendiri-sendiri. Jiwa berada dalam tubuh seperti
terkurung dalam penjara dan hanya kematian yang dapat melepaskan belenggu
tersebut. Tujuan kefilsafatan manusia diatas menitik beratkan pada dayanya,
manusia sebagai idea, yaitu sebagai manusia yang tak bertubuh. Telah ada kekal
sejak logos, jiwa dibedakan antara jiwa sebagai kekuatan hidup (psuke) dan jiwa
sebagai kekuatan akali (nous, dianoia, psuke logike). Jiwa sebagai kekuatan
hidup berada dalam darah dan tidak dapat binasa. Jiwa yang besifat akali atau
nous lebih tinggi tingkatannya karena merupakan jiwa yang bersifat ilahi.
Sebelum manusia dilahirkan jiwa ini sudah ada jiwa ini tidak dapat binasa. Ia
memasuki tubuh dari luar. Di dalam tubuh jiwa itu dipenjara. Karena itu hidup
di dunia ini adalain adalah binatang, binatang tak berjiwa, material belaka,
jadi manusia pun material belaka. Kesimpulannya : bahan bergerak sendiri,
adapun yang disebut orang sebagai pikiran itupun merupakan sifat material,
terutama kerja atau tindakan otak.
Dalam gerak-geriknya manusia itu
sungguh-sungguh seperti mesin. Materialisme ini dalam antropologia disebut
materialisme ekstrim, karena aliran ini mengingkari kerohanian dalam bentuk
apapun juga, malahan mengingkari adanya pendorong hidup. Kebalikan dari
meterialisme adalah idealisme. Dalam pandangan ini semuanya membedakan manusia
dari binatang ; bukanlah manusia itu material belaka. Meskipun diakui juga,
bahwa manusia ada samanya juga dengan binatang jadi manusia pun mempunyai
kebinatangan tetapi dalam pada itu adalah bedanya yang mengkhususkan dia, yang
sama sekali melainkan dia dari binatang. Kelainan ini bukanlah perbedaan
tingkatan saja, melainkan mengenai jenisnya istimewa: kemanusiaannya.
Dalam idealisme terdapat beberapa corak, yaitu
: idealisme etis, idealisme estetik; dan idealisme hegel.Adapun paham
rasionalisme dan irrasionalisme bukanlah paham yang saling bertentangan seperti
paham materalisme dan idealisme. Pelopor rasionalisme adalah Rene Descartes
yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari jasmaninya dengan keluasannya
(extensio) serta budidan kesadarannya. Sedangkan yang dimaksud dengan pandangan
manusia yang irrasionalistis ialah pandangan-pandangan :
a.
Yang mengingkari
adanya rasio;
b.
Yang kurang
menggunakan rasio walaupun tidak mengingkarinya
c.
Terutama
pandangan yang mencoba mendekati manusia dari lain pihak serta, kalau dapat
dari keseluruhan pribadinya.
Teranglah
bahwa penggolongan filsafat manusia dalam rasionalisme-irrasionalisme bukanlah
penggolongannya yang lain sekali dari penggolongan : idealisme-materialisme :
ini hanya pandangan dari sudut lain. Dengan demikian semua aliran materialisme
harus dimasukkan kedalam aliran irrasionalisme.
BA III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan diatasa dapat say simpulkan bahwa:
Ø Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος
(baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos
yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial.
Ø Antropologi adalah salah satu cabang ilmu
sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul
berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat,
budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa
Ø Di antara ilmu-ilmu sosial, dan alamiah, antropologi memiliki
kedudukan, tujuan, manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan
penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas
semua aspek biologis manusia dan perilakunya di semua masyarakat.
Ø Lewis H Morgan (1818-1881) adalah
perintis dan pelopor yang paling berpengaruh dalam ilmu antropologi dengan
karya terbesarnya yang berjudul Ancient Society (1877) yang melukiskan proses
masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat evolusi kebudayaan yang
universal.
B. Saran
1.
Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk memahami, memecahkan dan
menelaah secara kritis dan rasional tentang berbagai fenomena
sosial budaya yang terjadi di Indonesia
2.
Kepada para pembaca jika ingin lebih
mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang
memuat tentang Pembelajaran Antropologi Budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Harsojo. 1984. Pengantar Antropologi. Cetakan
kelima. Jakarta: Rineka Cipta.
Ihromi,
T.Q. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan obor
Indonesia.
Koentjaraningrat.
2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sapardi, 2004. Pengantar Antropologi. Jakarta :
Seri Buku Teks.
Adorno,
T.W., Frenkel-Brunswik, E., Levinson, D.J. and Sanford, R.N. 1950. The Authorian Personality. New York:
Basic Books.
Allan, Graham . 2000. “Perkawinan”
dalam Adam Kuper & Jesica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial,
Diterjemahkan oleh Haris Munandar,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 612-613.
Allport, Gordon. W. 1954. The Nature Prejudice. Cambridge, MA:
Addison-Wesley.
Banks, James, A. 1970. Teaching the Black Experience: Methods and
Materials. Belmont, Calif: Fearon.
Banks,
James A. 1977. Teaching Strategies for
the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-Making. Belmot, Calif:
Fearon.